Jumat, 30 September 2016

Cerpen Remaja

Mawar yang Sirna

Pagi itu terasa biasa saja, matahari fajar masih samar-samar di ufuk timur. Aku berangkat sekolah dengan motor spot merahku. Rasanya hari itu malas sekali maklum hari itu ada pelajaran fisika yang aku sendiri paling enggak paham materinya. Dijalan yang sepi dengan sawah dikanan kiriku aku merasakan tiupan angin dingin yang cukup menusuk kulitku ini walaupun aku sudah mengenakan jaket kulit. Tapi tidak apalah aku masih bersyukur pagi ini masih dapat menghirup udara segar dan bisa merasakan jutaan nikmat dari Sang Maha Kuasa. Jam 06.40 seperti biasa aku sudah sampai disekolah, bagiku keberangkatanku ini bisa kukatakan siang maklum sekolahku ini sangat begitu beda masuk sekolah mulai jam 06.45. Yah… mau apakan namanya peraturan mau tidak mau, suka tidak suka kita harus menaatinya.
Bel masukpun sudah berbunyi dan aku mulai bergegas menuju kelasku tidak lupa aku selalu menyapa semua temanku entah itu teman sekelasku teman seangkatanku ataupun bukan aku selalu mencoba menjadi pribadi yang ramah. Sesampai dikelas aku duduk dan merapikan pakaianku yang ditup oleh angin dijalan dan segera aku memimpin berdoa karena aku adalah seorang ketua kelas. Dan hal yang mulai membosankan datang, “Ayo nak silahkan kalian amati kekentalan kecap dan kapilaritas pada sumbu kompor ini, lalu coba rumuskan besar kekentalan dan kapilaritasnya” kata guru fisikaku.
Ditengah kubekerja untuk memecahkan praktek itu guruku berkata “Minta perhatiannya Nak?, ini kita kedatangan teman baru.” Lalu guruku mempersilahkan anak baru itu tadi memperkenalkan diri “Selamat pagi teman-teman, perkenalkan Namaku Desti Amanda Putri panggil saja aku Desti, umurku 16 tahun aku tinggal di Cawas, Klaten, dan aku pindah dari salah satu SMA di Jogja. Semoga teman-teman bisa menerima saya ya? ” (dengan nada yang lemah lembut penuh makna). Diapun mendapat tempat duduk semeja denganku karena saat itu tempat duduk yang kosong hanya ada disebelahku. Pelajaranpun dimulai, namun aku tidak pernah bisa berkonsentrasi. Aku selalu menengok kearah  siswi yang cantik,anggun,sopan,berkerudung ya walaupun itu baru pandangan awalku tapi mata, hati dan pikiranku telah terhipnotis oleh cantiknya yang ibarat mawar merah mekar mempesona lalu durinya menusuk hatiku hingga luluh lantah tak bisa apa-apa.
Saat jam istiahat aku mulai berkenalan dengannya. “Hey Desti, ” “Hia ada apa?” jawabnya singkat. “Kenalkan namaku naiful, aku ketua kelas disini” maksudku untuk sedikit modus.  “ow, iya salam kenal ya naiful”. Dan saat itu pertama kalinya aku memegang tangan Desti yang begitu lembut.
Hari mulai siang dan bel pulang sekolah berbunyi dan hal yang membuatku sedih adalah aku harus meninggalkan Desti yang baru kukenal belum jauh namun aku merasa sudah seperti orang yang begitu lama kukenal.
Pagi harinya seperti biasa berangkat sekolah dan siap-siap bertemu Desti apalagi pagi ini Olahraga menambah semangatku sekolah. Saat disekolah dan kami bersiap untuk pemanasan aku lihat ada yang kurang. “Dimana Desti??” batinku. Akupun meminta izin untuk mencari izin. Aku berlari kekelas tidak ada, aku mencari ke kantin (yang semula aku pikir dia membolos) tapi dia juga tidak ada, lalu aku berniat kekamar mandi wanita tapi… ah ku beranikan diriku masuk dan ternyata sepi tidak ada orang. Lalu aku harus kemana lagi, ideku muncul mungkin ia dikamar ganti, sesegera mungkin aku berlari namun apa yang dapati? Kulihat Desti tergeletak dengan ceceran darah dari hidungnya yang membasahi baju batiknya. Aku sempat memukul pipinya dengan lembut “Desti.. desti bangun , kamu kenapa? Apa yang terjadi” dan berfikir panjang langsung kugendong dan kubawa pergi dia ke UKS. Disana aku titipkan dia ke penjaga UKS dan aku mengikuti olahraga kembali.
Bel istirahatpun berbunyi dan biasanya apabila istirahat aku ke kantin tapi kali ini aku membelokkan arah langkahku ke UKS untuk menengok Putri Mawarku. Tapi disana yang kulihat hanyalah ranjang dengan bantal putih yang kosong tanpa penghuni. Dalam hati aku bertanya “Kemana Desti? Kemana dia? Apakah dia sakit parah atau mimisan biasa??”.
Haripun bulai berganti dan ini adalah hari yang ke 10 ketidakhadiran Desti. Dan semakin membuatku penasaran, membuatku begitu resah mungkin inilah namanya cinta , cinta pertamaku. Setiap harinya aku selalu mencatatkan materi yang dia tinggalkan ketika dia tidak masuk. Walaupun aku baru mengatakan 3 kalimat dengannya aku sudah merasa akrab dengannya. Jam istirahat akupun memberanikan diri ke ruang BP untuk bertanya alamat rumah Desti . sepulang sekolah aku langsung bergegas kesana.
“tokk,,tokkt.,tokk  Assalamu’alaikum, permisi” tiba-tiba seorang wanita paruh baya membukakan pintu untukku, dia berkata “ada yang bisa saya bantu?”, “saya mencari Desti, bu ! Destinya ada??”. Si ibu menjawab “emmttt,,, sebenarnya ada tapi ,, ee.. yasudahlah masuk dulu  nak.”
Lalu didalam aku mencoba menjelaskan maksud tujuanku kerumah Desti, aku mengatakan bahwa aku hanya ingin bertemu dengan Desti apakah sambil aku memberikan catatan rangkuman pelajaran selama ia tidak masuk sekolah. Si ibu berkata “terimakasih sekali nak, telah baik sekali sudah mau membuatkan catatan untuk Desti, namun saya kira Desti tidak akan kembali sekolah”,,  “Kenapa?? Apakah dia akan pindah lagi?” sahutku. Tiba-tiba tanganku dipegang oleh ibu-ibu itu dan aku dibawa di suatu ruangan yang cukup gelap dan lembab namun tertata rapi. Indah waktu itu apa yang ada difikiranku, aku hanya menurutinya.
Saat masuk ruangan itu betapa kagetnya aku, aku melihat sosok putrid mawar merah wanita yang selalu kurindukan yang selalu kudambakan selama ini akhirnya aku bisa bertatap muka langsung dengannya setelah sekian lama aku tidak bertemu tidak tahu apa yang terjadi dengannya. Akupun langsung berlari kerahnya dan langsung kucium tangannya. Namun saat itu pula aku  terkejut
Aku     :”apa yang terjadi padamu Des?”
Desti    :”sudahlah kenapa kamu kesini? Kitakan baru saja kenal”
Aku     :”jangan begitu des, walaupun kita baru saja kenal tapi aku sudah   menganggapmu sebagai seseorang yang spesial di hati ini”
Desti    :“sudahlah ini bukan waktunya membual, apa keinginanmu kesini?
Aku     :”ini des aku membawakan rangkuman catatan untukmu, kamu pasti sudah tertinggal jauh . selain itu pula aku memang ingin bertemu denganmu dan ingin mengatakan sesuatu padamu yang selama ini belum sempat aku ucapkan.”
Destin  :”ow,, terimakasih tapi aku kira ini percuma aku tidak akan sekolah lagi, untuk hiduppun mungkin tak akan sempat lagi”
Aku     : “memang ada apa denganmu?”
Destin  :”hidupku tak akan lama, aku terkena kanker otak” (mengangis dan sambil memelukku)
Aku     :”ha,,?? Tidak mungkin ! kamu harus kuat Des!”
Desti    :”aa,,kuu tidak akan lama lagi”
Aku     :”Des, jangan seperti itu, des dengarkan aku , disini aku mencintaimu aku akan bersamamu dan aku akan menjagamu.”
Desti    :”Untuk apa kamu mencintai orang yang akan segera mati? Masih banyak wanita cantik diluar sana”
Aku     :”tapi kamu wanita pertama dihatiku Desti !”
Desti    :”baiklah bila memang kamu cinta kepadaku bawalah bunga mawar ini pulang, jagalah jangan sampai dia layu dan kembalilah kesini 2 hari lagi tepat jam 15.00 dengan membawa mawar itu.”
Aku     :”iya aku akan merawatnya,, Desti aku benar mencintaimu” (sambil mencium kening Desti)


Hari itu aku terus menemaninya sampai larut malam bercanda dengannya, bercerita banyak hal ketika dia tidak ada disisiku. Dalam hatiku aku sangat bahagia aku bisa membuat putrid mawarku kembali ceria. Jampun menunjukkan pukul 23.30 akupun pulang dengan penuh rasa khawatir cemas dan risau yang berkecambuk di dalam hati ini.
 Esok harinya saat disekolah aku hanya sibuk memegangi mawar itu sambil berdo’a dan membayangkan wajah Desti yang sudah pucat kebiru-biruan. Namun bagiku dia tetap cantik seperti dulu walau sekarang tak sehelai rambutpun di kepalanya. Saat pulang sekolah akupun hanya dirumah memegangi mawar yang kujaga agar tak lekas layu.

Tibalah pada hari yang sangat kutunggu , apakah perasaan cintku ini akan diterima oleh Desti? Dalam hati aku sudah optimis akan berhasil selain itu mawar ini masih begitu segar karena selalu aku beri air di pucuk tangkainya. Sepulang sekolah aku bergegas dengan motorku kerumahnya. Masih dengan pakaian putih abu-abu aku berjalan menuju rumahnya.
“Astaqfirllah…”hentakku, yang kulihat adalah sebuah bendera merah yang pertanda ada yang meninggal dirumah itu. Dalam hatiku mungkin ibunya Desti meninggal. Langkah kakiku mulai terasa berat dan penuh ketakutan siapa yang meninggal tanyaku dalam hati. Ketika aku masuk ke dalam rumah nafasku terhenti ketika aku melihat foto yang sangat aku kenal disamping peti mati yang sedang disemayamkan. Dan itu adalah Putri mawarku Desti Amanda Putri. Saat itu hatiku benar-benar hancur seakan tak ada daya bahkan untuk membuka mataku kearah peti itupun aku tak sanggup.
Lalu Ibunya Desti datang kepadaku dan dia memberikan sebuah bunga mawar merah dengan lilitan 2 helai rambut. Dan rambut itu adalah rambut dari Desti. Saat itu aku tak sanggup lagi menahan air mata ini aku mengis menjerit saat lagi kulihat jasadnya akan ditelan oleh bumi untuk selama-lamanya. Akhirnya aku putuskan aku tetap disamping kuburnya hingga larut malam dan aku tertidur disampingnya.

Itu adalah hari bahagia dan hari terburuk dalam hidupku. Bahagia karena dia juga mencintaiku tapi petaka ketika dia meninggalkanku untuk selama-lamanya. Hingga sekarang aku terus mengenangmu selalu mencintaimu walau orang bilang cintaku ini semu tapi biarkan cinta kita ini menjadi jembatan antar kedua dunia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar