Mawar yang Sirna
Pagi itu terasa biasa saja, matahari fajar masih
samar-samar di ufuk timur. Aku berangkat sekolah dengan motor spot merahku.
Rasanya hari itu malas sekali maklum hari itu ada pelajaran fisika yang aku
sendiri paling enggak paham materinya. Dijalan yang sepi dengan sawah dikanan
kiriku aku merasakan tiupan angin dingin yang cukup menusuk kulitku ini
walaupun aku sudah mengenakan jaket kulit. Tapi tidak apalah aku masih
bersyukur pagi ini masih dapat menghirup udara segar dan bisa merasakan jutaan
nikmat dari Sang Maha Kuasa. Jam 06.40 seperti biasa aku sudah sampai
disekolah, bagiku keberangkatanku ini bisa kukatakan siang maklum sekolahku ini
sangat begitu beda masuk sekolah mulai jam 06.45. Yah… mau apakan namanya
peraturan mau tidak mau, suka tidak suka kita harus menaatinya.
Bel masukpun sudah berbunyi dan aku mulai bergegas
menuju kelasku tidak lupa aku selalu menyapa semua temanku entah itu teman
sekelasku teman seangkatanku ataupun bukan aku selalu mencoba menjadi pribadi
yang ramah. Sesampai dikelas aku duduk dan merapikan pakaianku yang ditup oleh
angin dijalan dan segera aku memimpin berdoa karena aku adalah seorang ketua
kelas. Dan hal yang mulai membosankan datang, “Ayo nak silahkan kalian amati
kekentalan kecap dan kapilaritas pada sumbu kompor ini, lalu coba rumuskan
besar kekentalan dan kapilaritasnya” kata guru fisikaku.
Ditengah kubekerja untuk memecahkan praktek itu
guruku berkata “Minta perhatiannya Nak?, ini kita kedatangan teman baru.” Lalu
guruku mempersilahkan anak baru itu tadi memperkenalkan diri “Selamat pagi
teman-teman, perkenalkan Namaku Desti Amanda Putri panggil saja aku Desti,
umurku 16 tahun aku tinggal di Cawas, Klaten, dan aku pindah dari salah satu
SMA di Jogja. Semoga teman-teman bisa menerima saya ya? ” (dengan nada yang
lemah lembut penuh makna). Diapun mendapat tempat duduk semeja denganku karena
saat itu tempat duduk yang kosong hanya ada disebelahku. Pelajaranpun dimulai,
namun aku tidak pernah bisa berkonsentrasi. Aku selalu menengok kearah siswi yang cantik,anggun,sopan,berkerudung ya
walaupun itu baru pandangan awalku tapi mata, hati dan pikiranku telah
terhipnotis oleh cantiknya yang ibarat mawar merah mekar mempesona lalu durinya
menusuk hatiku hingga luluh lantah tak bisa apa-apa.
Saat jam istiahat aku mulai berkenalan dengannya.
“Hey Desti, ” “Hia ada apa?” jawabnya singkat. “Kenalkan namaku naiful, aku
ketua kelas disini” maksudku untuk sedikit modus. “ow, iya salam kenal ya naiful”. Dan saat itu
pertama kalinya aku memegang tangan Desti yang begitu lembut.
Hari mulai siang dan bel pulang sekolah berbunyi dan
hal yang membuatku sedih adalah aku harus meninggalkan Desti yang baru kukenal
belum jauh namun aku merasa sudah seperti orang yang begitu lama kukenal.
Pagi harinya seperti biasa berangkat sekolah dan
siap-siap bertemu Desti apalagi pagi ini Olahraga menambah semangatku sekolah.
Saat disekolah dan kami bersiap untuk pemanasan aku lihat ada yang kurang.
“Dimana Desti??” batinku. Akupun meminta izin untuk mencari izin. Aku berlari
kekelas tidak ada, aku mencari ke kantin (yang semula aku pikir dia membolos)
tapi dia juga tidak ada, lalu aku berniat kekamar mandi wanita tapi… ah ku
beranikan diriku masuk dan ternyata sepi tidak ada orang. Lalu aku harus kemana
lagi, ideku muncul mungkin ia dikamar ganti, sesegera mungkin aku berlari namun
apa yang dapati? Kulihat Desti tergeletak dengan ceceran darah dari hidungnya
yang membasahi baju batiknya. Aku sempat memukul pipinya dengan lembut “Desti..
desti bangun , kamu kenapa? Apa yang terjadi” dan berfikir panjang langsung
kugendong dan kubawa pergi dia ke UKS. Disana aku titipkan dia ke penjaga UKS
dan aku mengikuti olahraga kembali.
Bel istirahatpun berbunyi dan biasanya apabila
istirahat aku ke kantin tapi kali ini aku membelokkan arah langkahku ke UKS
untuk menengok Putri Mawarku. Tapi disana yang kulihat hanyalah ranjang dengan
bantal putih yang kosong tanpa penghuni. Dalam hati aku bertanya “Kemana Desti?
Kemana dia? Apakah dia sakit parah atau mimisan biasa??”.
Haripun bulai berganti dan ini adalah hari yang ke
10 ketidakhadiran Desti. Dan semakin membuatku penasaran, membuatku begitu
resah mungkin inilah namanya cinta , cinta pertamaku. Setiap harinya aku selalu
mencatatkan materi yang dia tinggalkan ketika dia tidak masuk. Walaupun aku
baru mengatakan 3 kalimat dengannya aku sudah merasa akrab dengannya. Jam
istirahat akupun memberanikan diri ke ruang BP untuk bertanya alamat rumah
Desti . sepulang sekolah aku langsung bergegas kesana.
“tokk,,tokkt.,tokk
Assalamu’alaikum, permisi” tiba-tiba seorang wanita paruh baya
membukakan pintu untukku, dia berkata “ada yang bisa saya bantu?”, “saya
mencari Desti, bu ! Destinya ada??”. Si ibu menjawab “emmttt,,, sebenarnya ada
tapi ,, ee.. yasudahlah masuk dulu nak.”
Lalu didalam aku mencoba menjelaskan maksud tujuanku
kerumah Desti, aku mengatakan bahwa aku hanya ingin bertemu dengan Desti apakah
sambil aku memberikan catatan rangkuman pelajaran selama ia tidak masuk
sekolah. Si ibu berkata “terimakasih sekali nak, telah baik sekali sudah mau membuatkan
catatan untuk Desti, namun saya kira Desti tidak akan kembali sekolah”,, “Kenapa?? Apakah dia akan pindah lagi?”
sahutku. Tiba-tiba tanganku dipegang oleh ibu-ibu itu dan aku dibawa di suatu
ruangan yang cukup gelap dan lembab namun tertata rapi. Indah waktu itu apa
yang ada difikiranku, aku hanya menurutinya.
Saat masuk ruangan itu betapa kagetnya aku, aku
melihat sosok putrid mawar merah wanita yang selalu kurindukan yang selalu
kudambakan selama ini akhirnya aku bisa bertatap muka langsung dengannya
setelah sekian lama aku tidak bertemu tidak tahu apa yang terjadi dengannya.
Akupun langsung berlari kerahnya dan langsung kucium tangannya. Namun saat itu
pula aku terkejut
Aku :”apa yang terjadi padamu Des?”
Desti :”sudahlah kenapa kamu kesini? Kitakan baru
saja kenal”
Aku :”jangan
begitu des, walaupun kita baru saja kenal tapi aku sudah menganggapmu sebagai seseorang yang spesial
di hati ini”
Desti :“sudahlah
ini bukan waktunya membual, apa keinginanmu kesini?
Aku :”ini
des aku membawakan rangkuman catatan untukmu, kamu pasti sudah tertinggal jauh
. selain itu pula aku memang ingin bertemu denganmu dan ingin mengatakan
sesuatu padamu yang selama ini belum sempat aku ucapkan.”
Destin :”ow,,
terimakasih tapi aku kira ini percuma aku tidak akan sekolah lagi, untuk
hiduppun mungkin tak akan sempat lagi”
Aku :
“memang ada apa denganmu?”
Destin :”hidupku
tak akan lama, aku terkena kanker otak” (mengangis dan sambil memelukku)
Aku :”ha,,??
Tidak mungkin ! kamu harus kuat Des!”
Desti :”aa,,kuu
tidak akan lama lagi”
Aku :”Des,
jangan seperti itu, des dengarkan aku , disini aku mencintaimu aku akan
bersamamu dan aku akan menjagamu.”
Desti :”Untuk
apa kamu mencintai orang yang akan segera mati? Masih banyak wanita cantik
diluar sana”
Aku :”tapi
kamu wanita pertama dihatiku Desti !”
Desti :”baiklah
bila memang kamu cinta kepadaku bawalah bunga mawar ini pulang, jagalah jangan
sampai dia layu dan kembalilah kesini 2 hari lagi tepat jam 15.00 dengan
membawa mawar itu.”
Aku :”iya
aku akan merawatnya,, Desti aku benar mencintaimu” (sambil mencium kening
Desti)
Hari itu aku terus menemaninya sampai larut malam bercanda dengannya, bercerita banyak hal ketika dia tidak ada disisiku. Dalam hatiku aku sangat bahagia aku bisa membuat putrid mawarku kembali ceria. Jampun menunjukkan pukul 23.30 akupun pulang dengan penuh rasa khawatir cemas dan risau yang berkecambuk di dalam hati ini.
Esok harinya saat disekolah aku hanya sibuk
memegangi mawar itu sambil berdo’a dan membayangkan wajah Desti yang sudah
pucat kebiru-biruan. Namun bagiku dia tetap cantik seperti dulu walau sekarang
tak sehelai rambutpun di kepalanya. Saat pulang sekolah akupun hanya dirumah
memegangi mawar yang kujaga agar tak lekas layu.
Tibalah pada hari yang sangat kutunggu ,
apakah perasaan cintku ini akan diterima oleh Desti? Dalam hati aku sudah
optimis akan berhasil selain itu mawar ini masih begitu segar karena selalu aku
beri air di pucuk tangkainya. Sepulang sekolah aku bergegas dengan motorku
kerumahnya. Masih dengan pakaian putih abu-abu aku berjalan menuju rumahnya.
“Astaqfirllah…”hentakku, yang kulihat
adalah sebuah bendera merah yang pertanda ada yang meninggal dirumah itu. Dalam
hatiku mungkin ibunya Desti meninggal. Langkah kakiku mulai terasa berat dan
penuh ketakutan siapa yang meninggal tanyaku dalam hati. Ketika aku masuk ke
dalam rumah nafasku terhenti ketika aku melihat foto yang sangat aku kenal
disamping peti mati yang sedang disemayamkan. Dan itu adalah Putri mawarku
Desti Amanda Putri. Saat itu hatiku benar-benar hancur seakan tak ada daya
bahkan untuk membuka mataku kearah peti itupun aku tak sanggup.
Lalu Ibunya Desti datang kepadaku dan
dia memberikan sebuah bunga mawar merah dengan lilitan 2 helai rambut. Dan
rambut itu adalah rambut dari Desti. Saat itu aku tak sanggup lagi menahan air
mata ini aku mengis menjerit saat lagi kulihat jasadnya akan ditelan oleh bumi
untuk selama-lamanya. Akhirnya aku putuskan aku tetap disamping kuburnya hingga
larut malam dan aku tertidur disampingnya.
Itu adalah hari bahagia dan hari
terburuk dalam hidupku. Bahagia karena dia juga mencintaiku tapi petaka ketika
dia meninggalkanku untuk selama-lamanya. Hingga sekarang aku terus mengenangmu
selalu mencintaimu walau orang bilang cintaku ini semu tapi biarkan cinta kita
ini menjadi jembatan antar kedua dunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar